Selasa, 23 Oktober 2018

Cerita Dewasa - Kurelakan Keperawananku Demi Membayar Hutang Orangtuaku


KacangMasPoker - Cerita Dewasa - Kurelakan Keperawananku Demi Membayar Hutang Orangtuaku - Musim kemarau berkelanjutan tahun selanjutnya telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun Abah mati kekeringan. Karena stress, Abah terkena stroke dan aku pun perlu membatalkan niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.

Semakin hari situasi Abah jadi menurun. Kami sekeluarga perlu menjual barang-barang berharga kita untuk ongkos pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kita telah tidak miliki apa-apa ulang yang mampu kita jual, waktu tempat tinggal dan lading telah diagunkan Abah ke bank untuk memperoleh kredit agar tidak barangkali kita menjualnya.

Sebulan yang lalu, lebih dari satu orang petugas bank singgah menagih pembayaran cicilan kredit yang telah tidak ulang mampu kita bayar sepanjang tiga bulan. Mereka mengancam bakal mengambil alih tempat tinggal dan lading andaikan kita tidak mampu melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami cuma mampu menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka cuma petugas rendahan yang tidak miliki wewenang besar, agar mereka tidak mampu menopang kami.

Di sedang kekalutan, singgah seorang laki-laki paruh baya yang bersedia menopang kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang termasuk sekaligus merupakan saingan bisnis Abah. Kami mengenal pria ini sebagai Pak Kusrin. Semua hutang-hutang kita dibayar lunas oleh Pak Kusrin pada hari itu juga. Kami semua terlalu suka dan berterima kasih pada Pak Kusrin, sebab tanpa dia, kita barangkali perlu tinggal di kolong jembatan atau emperan toko.

Malam itu Pak Kusrin singgah ke tempat tinggal kita dan aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak disangka, dikala Mak pergi menengok Abah di kamar, Pak Kusrin mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.

“Kamu sadar, kan … Wati, Utang abah kamu besar sekali. Saya perlu mengeruk tabungan untuk melunasinya. Tentunya aku tidak rela itu diakui amal jariah. Saya perlu memperoleh sesuatu. Saya idamkan memperoleh kamu, Wati,” kata Pak Kusrin.

“Ma …. Mmaa …maksud Pak Kusrin, ayah rela mengambil alih aku sebagai istri?” tanya ku terbata-bata.

“Wati … Wati …Kalau aku mengambil alih kamu sebagai istri, maka interaksi pinjaman piutang di antara kita bakal hilang. Saya tidak rela itu. Saya bilang kan tadi aku idamkan memperoleh kamu, tubuh kamu persisnya. Saya idamkan nikmati tubuh kamu hingga aku anggap pinjaman itu lunas,” kata Pak Kusrin sambil menyeringai.

Begitu mendengar permohonan Pak Kusrin, Mak segera menghendaki Pak Kusrin pergi berasal dari tempat tinggal kami, tapi Pak Kusrin membalas ucapan Mak bersama dengan mengatakan bahwa dialah yang memang berhak untuk mengusir kita berasal dari tempat tinggal ini. Pak Kusrin benar dan kita tidak miliki alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Mak menangis sambil berpelukan. Namun aku mengetahui bahwa bersama dengan merelakan tubuhku, aku bakal mampu menyelamatkan ke dua orang tuaku yang terlalu aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permohonan Pak Kusrin.

Malam itu, Pak Kusrin jadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar pinjaman Abah.

Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak rela repot-repot menghabiskan duwit untuk menyewa kamar hotel untuk nikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia menghendaki aku bersiap-siap di kamarku sambil tunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur dikala Pak Kusrin masuk ke kamarku. Dia segera menghampiri aku tanpa acuhkan bahwa dia melepaskan pintu kamarku terbuka lebar dan lantas membelai rambutku. Tiba-tiba dia terhubung retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang telah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku lihat kontol, dan kontol itu tersedia di depan wajahku.


Pak Kusrin menghendaki aku mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Kusrin dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada pada akhirnya terpaksa perlu mengulum kotol laki-laki tua. Pak Kusrin menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya bersama dengan mulutku. Meski sempat tersedak, aku berupaya untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Kusrin nikmati layananku sambil mendesah dan mendesis. Setelah lebih dari satu menit berlalu, kontol Pak Kusrin jadi jadi tegang dan Pak Kusrin memegang kepalaku bersama dengan ke dua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku. Dia menggapai klimaks dan air maninya menyembur nampak di dalam mulut ku. Karena kepalaku tertahan ke dua tangan Pak Kusrin, aku terpaksa menelan peju yang nampak agar aku tetap mampu bernafas. Sebagian peju Pak Kusrin meleleh nampak berasal dari mulutku dikala Pak Kusrin menarik nampak kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.

Kemudian Pak Kusrin menghendaki aku terhubung semua busana yang aku kenakan. Pak Kusrin jadi lelaki pertama yang pernah lihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan menghendaki aku rebah di atas tempat tidur, waktu dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke atas tempat tidur dan ke dua tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia meremas payudaraku bersama dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berupaya untuk membiarkan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan pada mulanya pada buah dadaku. Salah satu tangannya menggapai ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri sebab aku mestinya tidak nikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, tapi aku tidak kuasa menahannya. Pak Kusrin telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuat aku melambung ke awing-awang.

Tanpa mengetahui aku terhubung lebar-lebar ke dua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Kusrin terhubung bibir memekku dan bersama dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku bersama dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku telah di luar kendaliku sendiri sebab nafsu birahi telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Kusrin berpindah berasal dari dadaku, turun ke perutku dan pada akhirnya dia memasang kepalanya di selangkanganku. Kini bersama dengan lidah dan bibirnya dia melahap memekku. Habis telah pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.

Melihat aku telah terlalu terangsang, Pak Kusrin berhenti dan mengambil alih posisi di antara ke dua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang telah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku agar ujung kotol Pak Kusrin menyodok masuk ke lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat agar tanpa mengetahui aku memohon Pak Kusrin untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang telah basah oleh cairanku endiri dan liur Pak Kusrin.

“Masukin, Pak … Masukin …. Aku telah gak tahan lagi,” kataku.

“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak rela melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit. “Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”

“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku. Separuh kotol Pak Kusrin kini telah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pingulnya maju mundur bersama dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul sebab gesekan dinding memekku bersama dengan kotol Pak Kusrin. Tiba-tiba Pak Kusrin mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju agar kontolnya masuk seutuhnya ke memekku.

“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak. Selaput daraku kini telah tembus di dorong kotol Pak Kusrin. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget sebab digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul sebab sobeknya selaput daraku. Pak Kusrin cuma terkekeh.

“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”

“Enggak Pak, tapi pelan-pelan nampak masuknya. Masih agak nyeri …”

Kemudian Pak Kusrin mulai lakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan lantas jadi cepat.

“Ahhhhh Watiiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “ kata Pak Kusrin.

Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu repot nikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyongsong tusukan kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Kusrin. Aku telah memperlakukan Pak Kusrin seperti seorang suami. Pak Kusrin mempercepat gerakannya dan aku pun jadi melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang terlalu kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Reluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.

“AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …” aku menjerit keras dikala aku menggapai orgasme pertamaku. Hal yang mula-mula aku lakukan sebab terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku. Tubuhku begitu rileks sesudah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan.

Baca Juga: Cerita Dewasa - Ohh Tante ku yang Manja

Pak Kusrin yang belum menggapai klimaks tidak terlalu suka bersama dengan situasi memekku yang terlalu basah dan juga tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya berasal dari memekku dan berpindah posisi. Dia memasang kontolnya di antara ke dua buah dadaku. Dia memegang buah dadaku bersama dengan ke dua tangannya agar kontolnya terjepit ke dua benda lembut tapi kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara ke dua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku. Aku yang masih lemas sebab orgasmeku cuma terdiam memandangi kepala kotol Pak Kusrin yang timbul tenggelam berasal dari celah itu. Setelah lebih dari satu menit Pak Kusrin mempercepat gerakkannya dan pada akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil sesuaikan nafasnya.

“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….” kata Pak Kusri sambil ulang mengenakan pakaiannya. “Mulai hari ini hingga batas waktu yang aku tentukan nanti, kita bakal kerap melakukannya. Kamu perlu siap kapan pun aku idamkan menyelipkan kotol ini di memek kamu,” sambungnya sambil terjadi meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.

Begitu aku mengetahui mengenai apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, tapi aku menyesali mengapa aku begitu nikmati persetubuhan itu. Aku mulai jijik pada diriku sendiri, tapi aku tidak mampu memungkiri bahwa kenikmatan yang aku mampu berasal dari persetubuhan itu memang begitu indah. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani Pak Kusrin yang bercampur air mataku.

Mak yang rupanya sempat lihat detik-detik paling akhir persetubuhanku bersama dengan Pak Kusrin bersama dengan setengah berlari menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku “Watiiii …… Maafkan Mak dan Abah ya nak. Karena kita kau perlu lakukan ini,” kata Mak sambil bersihkan wajah. Leher dan dadaku berasal dari air mani Pak Kusrin bersama dengan sapu tangan yang diambilnya berasal dari meja riasku. (Aku masih menaruh sapu tangan bernoda air mani Pak Kusrin itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di sana). Aku cuma diam mematung di atas tempat tidurku, tak mampu untuk berbicara apa-apa. Mak menutup tubuh telanjangku bersama dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur. Aku pun terlelap hingga pagi.

Sebelum pergi meninggalkan tempat tinggal kami, Pak Kusrin sempat menaruh lebih dari satu lembar duwit ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan duwit itu untuk ongkos pengobatan Abah dan makan sehari-hari. Sejak waktu itu, aku telah jadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Kusrin untuk waktu yang aku pun tidak mengetahui berapa lama.

Pagi tadi, dikala aku ulang berasal dari pasar, aku bertemu Pak Kusrin di sedang jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol bersama dengan Pak Jono, sopirnya. Rupanya Pak Kusrin sedang meninjau pembuatan sumur bor di sedang ladangnya. Jalan di desa kita memang tidak pernah terlalu ramai, agar Pak Kusrin mampu memarkir mobilnya di bahu jalur tanpa menghalangi orang yang selanjutnya lalang. Pak Kusrin menyapaku dan menghendaki aku untuk berhenti sebentar.

“Wah baru selesai membeli rupanya …” kata Pak Kusrin.

“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam Abah dan Mak nanti,” jawabku.

“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,” katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.

Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Kusrin terhubung retsleting celananya dan aku mengetahui apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor, Pak Kusrin nikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur agar kepala kontolnya nampak masuk berasal dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil beristirahat. Pak Kusrin begitu menikmatinya agar dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu termasuk rasanya ditonton orang, walaupun cuma cuma lebih dari satu kepala saja.

Tidak ada komentar:
Write komentar