Sabtu, 17 November 2018

Cerita Dewasa - Nikmat Goyangan Tante Nisa


KacangMasPoker - Cerita Dewasa - Nikmat Goyangan Tante Nisa - Namaku Deenee .. ini cerita kala aku berusia 28 tahun dan aku bekerja freelance di sebagian sarana elektronik di Jakarta. Di hari minggu diawal tahun ini aku punya niat membasuh mobil di bengkel cuci langgananku. Hampir tiap minggu, aku tetap membasuh mobil di bengkel tersebut. Sehingga ada sebagian langganan tetap yang aku kenal di bengkel ini, salah satunya Ibu Nisa. Ibu Nisa berusia 48 tahun, wajahnya tidak cantik tetapi sensual menurut aku, wajahnya sekilas serupa bersama dengan Nunung pemain Srimulat, tinggi kira 165cm dan berat tubuhnya proporsional bersama dengan tingginya, kulitnya kuning langsat, payudara lumayan besar, rambutnya panjang hingga menyentuh pinggang dan tubuhnya yang ramping dan semampai. Tidak menampakan kalo Ibu Nisa udah punya dua anak yang berumur 15 tahun & 10 tahun.

Info ini aku bisa berasal dari seringnya aku berbincang-bincang dengannya jika bertemu di bengkel. Hari itu kita bertukar nomer HP dan berjanji untuk saling menghubungi dan janjian jika senang membasuh mobil. Singkatnya sebagian minggu ke depan kita tetap janjian untuk ke bengkel cuci. Aku ingat hari Selasa tanggal 29 Januari 2008 lebih kurang pukul 10.pagi, HP-ku bergetar dan aku terima sms berasal dari Ibu Nisa yang menyatakan bahwa Ibu Nisa minta pertolonganku untuk menjemputnya di bengkel langganannya di daerah Cipete gara-gara mesin mobilnya mogok. Aku menyetujui dan menyatakan akan tiba dalam kala tidak cukup lebih satu jam.

Sesampainya di bengkel Ibu Nisa langsung naik, hari ini Ibu Nisa mengenakan rok panjang semata kaki berwarna hitam, kemeja stretch warna cream, rambutnya yang panjang digelungnya sehingga membentuk sangguk cepol sederhana.

“Hari ini ada acara Dee?”, Ibu Nisa bertanya padaku.
“Ada bu, kenapa?”, Tanyaku, balik.
“Tolong anter aku ya ke kantor, kalo anda sore bisa Ibu senang pulang bareng.”
” Ok bu”, jawabku sambil tersenyum.

Aku mengantar Ibu Nisa ke kantornya di kawasan Senayan, selanjutnya aku pergi menuju ke daerah aku bekerja. Menjelang sore aku terima SMS Ibu Nisa yang bertanya kesediaanku untuk menjemput ke kantornya. Aku langsung menyanggupi menjemputnya pukul 16.30. Sepanjang perjalanan aku berkhayal bercinta bersama dengan Ibu Nisa yang cantik menurutku. Penisku jadi tegang berkhayal menyetubuhinya. Tak lama sesudah itu Ibu Nisa udah bersamaku dalam mobil.

” Kamu senang temenin Ibu membeli ga Dee”, tanyanya.
” Mau bu”, jawabku singkat. Lantas aku langsung menuju Supermarket di Mall di kawasan Pondok Indah.

Kancing atas kemeja Ibu Nisa yang terbuka menyebabkan belahan dadanya yang besar nampak jika dia membungkuk menyita barang belanjaan di rak bagian bawah. Aku taksir ukurannya 34 tetapi entah bersama dengan cup-nya B, C atau D.

” Dee anda ngeliatin apa ampe bengong”, membuyarkan lamunanku.
“Eh..ngga bu”, jawabku gugup.
“Jangan bo’ong… pasti tadi ngintip kemeja ibu ya”, balasnya sambil mencubit pipi aku.
“Habis kebuka sih, jadi aku ga sengaja ngeliat bu”, jawabku sekenanya.
“Nakal kamu…”, balasnya tersenyum sambil merapatkan kemejanya tetapi tidak mengancingkannya.

Singkatnya aku tiba di depan rumah Ibu Nisa dan turunkan seluruh belanjaannya dirumahnya. Rumahnya yang kecil berarsitektur minimalis dan halaman tertib rapi tampak menyebabkan situasi jadi sejuk. Ibu Nisa menawarkan untuk mampir dan menyuguhkan minuman dingin, selanjutnya pamit untuk mengganti busana dan membersihkan diri.
Tak lama sesudah itu Ibu Nisa nampak mengenakan celana pendek dan kaos tank top ketat dan menyebabkan buah dadanya sedikit menyembul nampak berasal dari kaosnya. Rambutnya masih tergelung bersama dengan rapi.

“Koq sepi sih rumahnya bu, terhadap kemana anak-anak?”, tanyaku.
“Iya anak-anak lagi nginep di rumah neneknya, pembantuku lagi masak di dapur belakang”, jawabnya.

Ibu Nisa mengajakku ke area sedang biar bisa mengobrol sambil nonton televisi. Ibu Nisa adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya sebagian tahun selanjutnya dan diwariskan usaha peninggalan suaminya yang tambah berkembang kala dikelolanya.

“Maaf bu, makan malam udah siap”, kata pembantunya.
“Yuk makan pernah Dee, ibu memahami anda pasti belum makan malem”, ajaknya sambil menggandeng tanganku dan mengajakku kearah meja makan.

Singkat cerita sehabis makan, aku lagi duduk diruang tv dan menyalakan DVD American Pie yang baru aku pinjam berasal dari kawan kantorku. Ibu Nisa duduk persis disebelahku. Bau harum parfumnya sungguh menggoda hasrat birahiku. Penisku mulai menegang perlahan dan mengeras. Aku duduk di pinggir sofa dan tiba tiba Ibu Nisa menyandarkan tubuhnya ke tubuhku.

“Eh ibu..”, kataku gugup. Ibu Nisa cuma tersenyum dan menarik lenganku memeluk pinggangnya.
“Ndak pa-pa kan Dee aku nyender gini?”, tanyanya.

Aku mengangguk mengecup keningnya. Penisku tambah tegang dan keras. Terasa sekali menyentuh lengan Ibu Nisa.

“Koq ‘ade’mu keras sih Dee?’’, tanyanya sambil mengelusnya pelan.
“Habis Ibu wanginya nafsuin sih”, jawabku sekenanya.

Ibu Nisa berdiri dan menghadap kearahku.

“Kamu bisa aja, ibu khan dah 48 Dee.”, ujarnya.
“Iya emang ibu dah 48 tetapi masih ayu dan nafsuin”, kataku sambil tertawa.

Ibu Nisa mencubit pahaku. Kudekatkan wajahku dan kucium pipinya mendekati bibirnya. Ibu Nisa tidak menampik selanjutnya aku mencium lembut bibirnya. Ibu Nisa membalas ciumanku. Aku beranikan diri meraba punggungnya dan Ibu Nisa meraba celanaku.

“Penis anda ngacengnya keras banget Dee”, katanya sambil mengelus penisku berasal dari luar celana jeansku.
“Tetek ibu juga gede”, ujarku sambil meraba dan meremas pelan payudaranya. Payudaranya berukuran 34 bersama dengan cup DD.
“Sss… Deee… teruuss remes say..”, desahnya nikmati pijatan tanganku di payudaranya.

Tangannya terhubung ikat pinggangku, kancing jeans dan juga retsuliting celana jeansku. Tangannya bergerilya di underwearku.

“Mmmm… Ibu Nisa enak banget…”, desahku sambil memelorotkan celanaku.

Ibu Nisa melewatkan tank top-nya dan tampaklah payudaranya yang besar terbungkus bra warna hitam berenda. Aku takjub diusianya tubuhnya terawat, kulitnya bersih dan payudaranya masih tetap kencang. Mungkin gara-gara senam BL yang dijalaninnya teratur setiap minggunya.

“Ibu sexy banget sih.”, ujarku sambil mendekatinya dan merogoh bra-nya. Saya langsung menjilati payudaranya dan mengigit kecil putingnya yang coklat.
‘’Ouuuuhhhh Deeee… isep say… jilat pentilnya Deee.. Aahhh… sss”, desahnya sambil memeluk kepalaku.

Tangan Ibu Nisa merogoh celana dalamku dan mengelus batang penisku.

‘’Ohh Dee… besar juga ya penis kamu”, ujarnya sambil konsisten mengelus elus penisku.

Ukuran penis-ku tidak terlampau istimewa, aku pernah mengukur panjangnya cuma tidak cukup lebih 18 sentimeter dan lingkarannya 6 sentimeter.

Ibu Nisa konsisten mengelus penisku dan tanganku mulai merogoh celana pendeknya dan ternyata Ibu Nisa mengenakan G-string warna hitam. Kuraba vaginanya yang cuma ditumbuhi rambut tidak tebal sehabis dicukur. Kuraba vaginanya dan kumainkan clitorisnya.

(baca juga: cerita sex ibu likha)

Ibu Nisa mendesah dan tambah kencang kocokan tangannya di penisku. Kurebahkan tubuhnya dan kubuka celananya, kugeser tali G-stringnya dan langsung saja lidahku menjilati dinding vaginanya dan sesekali memainkan clitorisnya.

“OOhhhhhh… ssssshhhhh… nikmattttt… Deee … jilat say… jilat konsisten memek ibu’,’ pintanya.
Aku konsisten melumat vagina bersama dengan lidahku dan sesekali menghisasp clitorisnya.
Tubuh Ibu Nisa menegang, kakinya menjepit kepalaku.

Setelah lebih kurang 10 menit Ibu Nisa mendesah dan merintih nikmat, tiba-tiba tubuhnya bergetar dan menegang.

“Deeee. .. ibu senang keluarrr.. aaAHHH…YYEESS.. DEEE’,’ desahnya 1/2 berteriak. Tubuhnya bergetar, tangannya menahan kepalaku sehingga tetap di vaginanya.

Aku konsisten menjilati vaginanya.

“Duhh… Deee, geli say… auuuww.. .ngilu say … aahhh’’, tubuhnya konsisten meronta dan tangannya mengidamkan sekali menyudahi permainan lidahku.

Aku tambah suka Ibu Nisa tambah tersiksa bersama dengan kenikmatannya sendiri. Ibu Nisa konsisten meronta ronta.

Dan akhirnya,

” Deee. .. ampunn say… ibu ndak kuat ngilu banget…”, Desahnya.

Aku menyudahi permainan lidahku di selangkangannya.

Aku berdiri dan tersenyum, Ibu Nisa tergeletak lemas, tersenyum dan mencubit pahaku.

“Kamu nakal banget sih Dee, udah minta ampun masih aja diterusin”, ujarnya manja.
Ibu Nisa memintaku untuk duduk di sofa dan terhubung celanaku. Tangannya meraba batang penisku yang masih terbungkus celana dalam dan sesekali menciumnya.

“Ouuhhh bu… aku membuka aja celananya ya.”, ujarku sambil menarik turun underwearku.

Ibu Nisa menciumi dan menjilati ujung kepala penisku dan tangannya konsisten mengelus dan mengurut batang penisku.

“aaahhhh… ibu… yes…”, desahku ketika Ibu Nisa mengulum selanjutnya menghisap batang penisku dan memainkan lidahnya di seputaran batang dan kepala penisku.

Ketika tanganku hendak memegang kepalanya ditepisnya tanganku.

“Kamu diem aja Dee.”, katanya sambil konsisten menhisap dan nikmati penisku.

Aku cuma bisa pasrah nikmati permainan mulut seorang wanita seumur Ibu Nisa.
Ibu Nisa konsisten menghisap batang penis dan buah zakarku dan juga menjilatinya, sesekali dia menjilati lubang pantatku tanpa rasa jijik. Terasa geli tetapi aku menikmatinya.

“Oouuhh bu nikmat banget sepongannya… aahhh.. sshhhh… mmppphh”, desahku.
“****** anda lumayan Dee.”, ujarnya selanjutnya lagi jalankan permainan mulutnya di penisku.

Setelah sebagian lama,

“Dee anda ga keluar-keluar say?’’, tanyanya sambil mencium bibirku.
“Aku kalo disepong agak lama keluarnya bu…”, Jawabku sambil meraba payudaranya.

Ibu Nisa terhubung celana dalamnya dan mengangkangi tubuhku. Tangannya membimbing batang penisku menuju vaginanya. Tubuh Ibu Nisa mulai naik turun dan sesekali memutar pantatnya.

“Ouuuhh… Dee. .. enak banget… ssshhh. .. aahh.. Yess. .. isep tetek ibu say..”, mintanya bersama dengan nikmat.

Aku terhubung kaitan branya dan terpampang dua bukit kembar yang menantang siap untuk dimainkan. Kujilati putting sebelah kiri sesekali kuhisap dan kugigit kecil sambil tanganku meraba dan meremas payudaranya yang sebelah kanan. Kulakukan bergantian.

“Aaaahhhhh… mmmpphhhhh… Deeee… Ibu senang… enaakkk..”, rintihnya sambil konsisten menaik-turunkan tubuhnya.

Setelah sebagian lama, aku menggendongnya dan merebahkannya di atas karpet.

“Deee… entot ibu say. ****** anda nikmat banget Deee.”, ujarnya lirih.

Lalu aku sedikit memiringkan tubuhku sehingga batang penisku sedikit miring dan memainkan vaginanya bersama dengan kepala penisku, sesekali kuhujamkan seluruh batang penisku kedalam vaginanya.

“Deee..kamu gila… diapain memek ibu say .. aaahhh.. enak…”, desahnya sambil meremas remas pantatku.

Sesekali bola matanya cuma nampak putihnya saja.

“Bu Nisa… sshhh memek ibu hanget banget.”, Jawabku sambil konsisten menggenjot tubuhnya bersama dengan ritme teratur.
“AH Deee… konsisten say… Ahhh”, desahnya 1/2 berteriak ketika aku mulai menggenjot tubuhnya sedikit lebih cepat.
“Deee… Ahhh ibu ga kuat. .. oouuhhh. .. aku senang kelua.., Arghhh… Dee konsisten entot Saya… Ya.. ya…”, jeritnya seiring bersama dengan tubuhnya yang menegang dan bergetar berarti Ibu Nisa memperoleh klimax nikmat yang kedua kalinya.
“Oohhh Deeee… anda gila. Memek ibu diapain tadi say?”, tanyanya.

Aku cuma tersenyum sambil kubimbing tubuhnya dan memintanya untuk tengkurap dan pantatnya sedikit kuangkat dan juga kakinya sedikit kubuka. Aku berlutut dibelakangnya dan kubimbing masuk penisku ke liang vaginanya yang masih berdenyut akibat berasal dari orangasmenya tadi.

Hanya 1/2 berasal dari batang penisku saja yang kumainkan dalam liang nikmatnya. Setelah sebagian lama. Aku 1/2 berdiri menekuk luntutku dan lagi menghujam liang vaginanya berasal dari belakang bersama dengan penisku. Aku jalankan bersama dengan ritme dan perlakuan yang serupa bersama dengan sebelumnya.

“Deee.. .kamu gila… Enak banget say… ****** anda berasa banget say. Oohhh… konsisten say… keluarin sayang… keluarin. .. aaahhhhh.. entot aku say… uhhh… kalo kayak gini aku bisa nagih Dee… ouuhhh enak banget… konsisten Dee.. Entot memek aku Dee… Uhhhh enak banget ngentot ma kamu… penis anda deee… enak..”, Ibu Nisa konsisten meracau dan tangannya meremas keras bantal yang diambilnya berasal dari atas kursi.

Terasa batang penisku akan raih titik puncaknya.

“Ouuhh bu… aku senang keluaarr… aaahh…”, desahku. Tiba-tiba Ibu Nisa melewatkan tubuhnya dan langsung berbalik dan ibu jarinya menekan ujung bawah kepala penisku bersama dengan keras.
“Bu… ahhhh ngilu…”, desahku menjerit sambil meringis menahan ngilu yang teramat sangat.

Ibu Nisa tidak melewatkan tekanan jarinya hingga nafas dan tubuhku lagi rileks.

“Kenapa sih bu? koq pake diteken ****** aku… ngilu banget!”, tanyaku penasaran bersama dengan apa yang diperbuatnya, Ibu Nisa cuma tersenyum dan memintaku untuk menyetubuhinya lagi.

Kubimbing tubuhnya membentuk posisi doggy style, selanjutnya kumasukan penisku ke liang surganya.

“Dee… mmpphhh… Dee… ngentotin aku… ahhh… mmmm Deeee”, desahnya.

Kepalanya bergerak tak beraturan, rambutnya yang tergelung rapi nampak mulai berantakan.

“Aaahh Dee… aauuhhh… Dee…”, jaritnya ketika rambutnya sedikit kujambak seiring bersama dengan masuknya penisku kedalam vaginanya bersama dengan keras.

Terus kugenjot liang vaginanya sambil sesekali rambutnya yang panjang kutarik dan kujambak pelan seperti memegang tali kendali kuda. Tak lama sesudah itu tubuhku mulai menegang dan penisku mulai akan memuntahkan lahar panasnya.

“Bu Nisa… aku senang nampak bu. Aahhh aku ga tahan lagi… aaahhh… ibuuu…”, desahku. Ibu Nisa melewatkan penisku, membalikkan tubuhnya dan berlutut di hadapanku.

Mulutnya langsung menghisap, menjilati dan juga tangannya ikut mengocok batang penisku.

Tiba tiba tubuhku bergetar dan, “cret cret cret…”.

“Oohh bu… aku keluar… Ahhhhhh…”, desahku 1/2 berteriak seiring bersama dengan muncratnya spermaku dalam mulut Ibu Nisa. Kedua tanganku memegang lehernya dan agak menjambak rambutnya.

Air maniku tumpah dalam mulutnya dan sebagian menetes nampak disela sela bibirnya. Ditelannya seluruh air maniku dan Ibu Nisa menjilati sisa sperma yang masih menetes dan membersihkan penis aku bersama dengan lidahnya.

Aku terduduk lemas di sofa dan keringat menetes berasal dari tubuhku. AC diruangan serasa jadi tidak mulai sejuk gara-gara panasnya permainan tadi. Aku sungguh tidak menyangka kalo Ibu Nisa akan menelan seluruh sperma yang aku keluarkan, aku cuma bisa tersenyum dan memeluk tubuhnya yang tergeletak lemas di pangkuanku.

Baca Juga: Cerita Dewasa - Menikmati Tubuh Anak Sekolah

“Makasih ya Bu…tadi nikmat banget.”, kataku sambil mencium keningnya.
“Ibu juga terima kasih ya say… udah lama aku ndak ML kayak gini sejak suami ibu ndak ada. Kamu gila Dee… ****** anda nikmat banget..”, ujarnya dan menciumku dan juga batang penisku.

Tak mulai udah jam 22.30, berarti udah hampir dua jam kita memacu hasrat birahi.

Aku pamit pulang dan dihadiahi pelukan dan ciuman mesra berasal dari Ibu Nisa. Dalam perjalanan pulang alu terima SMS yang isinya,

“Permainan anda gila Dee… Ibu suka. Kalo nagih gimana nich?” Lalu aku balas,
“Yah kan ibu tinggal telp atw sms aku aja kita bisa janjian kalo kita berdua ga sibuk.”

Ibu Nisa mengiyakan dan dalam 10 menit aku tiba dirumah.

Keesokan harinya aku diminta kekantornya untuk menyita titipan yang dititipkan di meja resepsionis. Aku membuka titipan itu ternyata Ibu Nisa memberikan jam tangan brand Levi’s yang aku impikan dan aku mengucapkan banyak terima kasih lewat SMS gara-gara beliau sedang meeting.

Tidak ada komentar:
Write komentar